Idul fitri adalah untuk dirayakan. Tidak boleh ada yang
berpuasa, dan seharusnya setiap umat muslim bergembira. Tentu saja dirayakan
dalam kadar yang wajar dan tidak berlebihan, apalagi sampai melupakan
kewajiban.
Agar kebahagiaan ini bukan sekadar perayaan tapi juga
bernilai ibadah, marilah laksanakan hal-hal yang disunnahkan ketika hari raya.
Sebaliknya, hal-hal yang mendekatkan diri dari kelalaian mengingat Allah bahkan
perbuatan dosa jangan sampai mengotori kemeriahan hari raya umat Islam ini.
- Takbir
Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa
Nabi saw. keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di
lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai solat selesai. Setelah menyelesaikan
shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah)
Takbir
tidak harus di masjid atau lapangan, tapi bisa dilakukan di mana saja.
Disunnahkan bagi laki-laki untuk mengeraskan suaranya ketika bertakbir. Zikir
takbir dimulai semenjak terbenam matahari (masuk bulah syawal) hingga shalat
ied dilaksanakan.
- Shalat idul fitri
Shalat idul fitri adalah Sunnah muakkadah, bahkan ada ulama
yang mewajibkannya. Karena itu, sangat dianjurkan bagi kaum muslimin untuk
shalat ied
“Rasulullah saw. dahulu keluar di hari idul fitri dan idul
adha ke mushalla, yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat, lalu
berpaling dan kemudian berdiri di hadapan manusia sedang mereka duduk di shaf-shaf
mereka. Kemudian beliau menasihati dan memberi wasiat kepada mereka serta
memberi perintah kepada mereka. Bila beliau ingin mengutus suatu utusan maka
beliau utus, atau ingin memerintahkan sesuatu maka beliau perintahkan, lalu
beliau pergi.”
(HR. Bukhari)
- Makan sebelum shalat
Disunnahkan
untuk makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat idul fitri.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Adalah Rasulullah saw.
tidak keluar di hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja’ bin
Raja’ berkata, ‘Abdullah berkata kepadaku, ‘”Ia mengatakan bahwa Anas berkata
kepadanya, “”Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.”” (HR. Bukhari)
- Berpakaian Rapi dan Berhias
Umar ra. mengambil sebuah jubah dari
sutera yang dijual di pasar, lalu ia mendatangi Rasulullah saw., kemudian ia
berkata, “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengannya untuk hari
raya dan menyambut tamu.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ini
adalah pakaian orang yang tidak mendapatkan bagian (di hari kiamat.)” (HR. Bukhari)
Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Kesimpulannya,
disyariatkan berhias pada hari raya dari hadits ini didasari oleh persetujuan
nabi tentang berhias di hari raya. Adapun pengingkarannya hanya terbatas pada
macam atau jenis pakaiannya, karena ia terbuat dari sutera.”
Yang
perlu dicatat di sini ialah berpakaian rapih layaknya menyambut tamu, namun
tidak harus berupa pakaian baru. Berhias di sini pun tentu berhias sesuai
dengan tuntunan syariat.
- Mandi Pagi
Dalam
sebuah atsar disebutkan:
Seseorang bertanya kepada Ali ra. tentang mandi, maka Ali
berkata, “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Seorang itu berkata, “Tidak.
Mandi itu yang benar-benar mandi.” Ali berkata, “Hari jumat, hari arafah, hari
idul adha, dan hari idul fitri.” (HR. Al Baihaqi)
- Pulang dari Tempat Shalat Ied dengan Rute yang Berbeda
Dari Jabir, ia berkata, “Nabi saw. apabila di hari ied
beliau mengambil jalan yang berbeda.” (HR Bukhari)
Hikmah
dari sunnah ini ialah agar dapat mengucapkan salam dan bersilaturahim dengan
orang-orang di sekitar dari rute yang berbeda tersebut, serta untuk syiar
Islam.
- Mengucapkan Ucapan Selamat Hari Raya
Kebanyakan masyarakat kita mengucapkan “Minal ‘aidin wal
faidzin” yang berarti “dari yang kembali dan kemenangan” dan diikutin dengan
“mohon maaf lahir dan batin”. Memang sudah menjadi tradisi dan budaya kita
untuk maaf-memaafkan di hari idul fitri. Namun ucapan yang dianjurkan
sebagaimana yang dilakukan para sahabat dan ulama salafus shalih ialah
Taqabballalhu minna wa minkum (semoga Allah menerima [amal ibadah]
dari kami dan dari kalian). Wallahu a’lam.







0 komentar:
Posting Komentar